Perkembangan
iptek di zaman ini semakin hari semakin cepat. Berbagai macam teknologi
juga terus berubah menuju proses yang lebih canggih. Oleh karena itu,
tidak heran jika zaman ini dikalim sebagai zaman yang modern. Memang
tidak dipungkiri bahwa Modernitas adalah tuntutan sebuah zaman. Namun,
seringkali kita dapati di balik majunya teknologi tidak sedikit pula
kebodohan
manusia terhadap agama. Banyak sekali sosok-sosok modern namun
justru bodoh dan jauh dari agama Alloh. Otak mereka mampu berfikir
cerdas terhadap rumitnya teknologi, akan tetapi justru kecerdasan otak
mereka tumpul ketika memahami ayat-ayat yang mudah di dalam al-Qur’an.
Alloh Subhanahu wa ta'ala berfirman menggambarkan tentang karakter
orang-orang kafir yang mendustakan ayat-ayat Alloh Subhanahu wa ta'ala .
“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan
dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (QS. Ar
Ruum:7)
Jadi, meskipun mereka memahami ilmu tentang keduniawian,
namun mereka bodoh dan lalai kepada Alloh Subhanahu wa ta'ala . Tidak
ada gunanya kecerdasan dan kemajuan jika hanya melalaikan kepada Alloh
Subhanahu wa ta'ala.
Gelapnya Kabut Kebodohan
Kebodohan terhadap agama yang melanda umat zaman ini sudah
sangat parah. Hampir-hampir tidak ada daerah atau segmen kehidupan yang
tidak dilanda kebodohan. Meskipun modernitas telah menjamah di berbagai
lini kehidupan, realitanya fenomena-fenomena kebodohan di tengah
masyarakat sangatlah pekat. Berikut ini secuil realita kebodohan yang
menjadikan kita faham bahwa modernitas masyarakat yang tidak diimbangi
dengan peningkatan Imtaq, justru akan menjadikan manusia budak-budak
dari teknologi. Siang malam mereka diperbudak oleh mesin-mesin canggih
hanya sekedar untuk menumpuk uang dan kenikmatan dunia lainnya. Berikut
ini secuil realita kebodohan tersebut.
Kebohan terhadap perkara pokok utama yang wajib dipahami dalam agama Islam (ma’luum min ad-diin bi ad-dhoruuroh)
Banyak sekali perkara dalam agama yang telah umum dan
gamblang serta wajib diketahui oleh setiap muslim namun mereka bodoh
tentangnya. Contoh mudahnya adalah pembatal-pembatal keIslaman seperti
berhukum dengan hukum thaghut, sihir, perdukunan, meninggalkan sholat
fardhu dan lain-lain. Hari ini masih banyak kaum muslimin yang belum
paham bahwa meninggalkan sholat fardhu, pergi ke dukun, dan melakukan
sihir merupakan amalan kekufuran yang mengeluarkan pelakunya dari Islam.
Padahal, seringkali mereka adalah orang-orang yang berpendidikan dan
bergelar akademis. Sarana kecangggihan teknologi pun justru dijadikan
jalan-jalan untuk menyemarakkan kekufuran di tengah masyarakat. Berbagai
propaganda kekufuran juga cepat sekali menyebar bahkan mendominasi
berbagai media sosial yang dikonsumsi masyarakat kita.
Kebodohan tentang halal-dan harom dalam bermuamalah
Halal-haram di zaman ini semakin diabaikan banyak orang. Di
tengah masyarakat kita banyak perkara halal disyubuhatkan dan berbagai
macam muamalah haram justru melembaga dan mendapatkan dukungan dari
berbagai pihak. Riba salah satu contohnya; dosa besar ini sekarang
melembaga dan mencengkeram masyarakat mulai dari kelas elit hingga
rakyat biasa. Bank dan lembaga keuangang ribawi sangat gesit merambah
nasabah dan menyambangi rakyat desa. Mereka terang-terang menjajakan
riba tanpa malu-malu mengumandangkan peperangan dengan Alloh subhanahu
wata'ala dan Rosul-Nya.
Bukan hanya riba, khomr, zina, homoseksual, transgender semakin
dibela-bela untuk bisa eksis di dalam perundang-undangan negara. Fakta
yang memilukan dan memalukan adalah anggapan para pengusungnya bahwa hal
tersebut merupakan sebuah bentuk meodernitas di zaman ini. Laa haula
walaa quwwata illa billah!
Kebodohan terhadap sistem dan kepemimpinan Islami
Kebodohan yang merebak di tengah masyarakat Islam saat ini
salah satunya disebabkan oleh kebodohan dalam sistem dan kepemimpinan
Islami. Banyak umat Islam yang menganggap bahwa Islam tidak mengajarkan
sistem dan kepemimpinan. Dampak dari hal tersebut yaitu muncul kebodohan
yang tersistem dan turun temurun. Akhirnya muncul pembodohan umat
melalui kurikulum pendidikan dan berbagai media yang dikonsumsi
masyarakat. Kita saksikan dan bahkan merasakan sendiri bahwa kurikulum
pendidikan yang ada banyak cenderung mengajarkan teori-teori barat yang
merusak fitrah keIslaman. Banyak juga media massa yang telah kehilangan
naluri sehingga terang-terangan merusak dan membodohkan masyarakat
sendiri.
Bukan sekedar itu, umatpun digiring dengan sistem demokrasi
yang tak peduli dengan kebodohan dalam memilih para pemimpin mereka.
Akhirnya, lahirlah para pemimpin yang bodoh di tengah redupnya cahaya
ilmu. Sosok pemimpin bodoh inilah yang banyak menyesatkan manusia dengan
fatwa-fatwanya yang nyeleneh dan menyimpang dari agama. Berkaitan
dengan ini, Nabi Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا
يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ
الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ
رُؤُوسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا
“Sesungguhnya Alloh subhanahu wata'ala tidak mencabut ilmu secara
keseluruhan dari hamba-hamba-Nya. Akan tetapi mencabut ilmu dengan
mewafatkan para ulama. Apabila tidak tersisa orang yang berilmu maka
manusia akan mengambil pra pemimpin yang bodoh. Para pemimpin yang bodoh
tersebut ketika ditanya maka mereka menjawab tanpa ilmu sehingga
tersesat dan menyesatkan banyak orang.” (HR. Bukhori)
Membangun tradisi keilmuan
Islam lahir di tengah gelapnya kabut kebodohan yang
menaungi bumi ini. Ia hadir bagaikan sinar mentari yang menyigi
(menerangi-KBBI) belantara tabir kegelapan. Terangnya cahaya Islam
begitu putih sehingga malamnyapun laksana siangnya. Ayat-ayat yang turun
pertama kalipun adalah “Iqro’” yang merupakan perintah membaca sebagai
tonggak awal dalam memerangi kebodohan. Ayat ini telah menjadi landasan
dasar bagi umat Islam dalam membangun budaya dan tradisi keilmuan di
tengah masyarakat mereka.
Selain itu, Nabi shalallahu 'alaihi wasallam juga
memberikan targhib/motivasi yang luar biasa dalam menuntut ilmu terutama
ilmu agama. Menutut ilmu, mengajarkan, dan mendakwahkannya adalah
bagian dari jihad yang pahalanya terus mengalir tiada henti. Sejak
dahulu tradisi keilmuan di dalam Islam sangatlah kuat. Tidak ada di
dalam agama manapun mata rantai sanad yang menjadi estafeta orisinalitas
ilmu dari generasi ke generasi seperti di dalam Islam.
Islam benar-benar membuka pikiran, menggugah fitroh, dan
menyigi hati dengan cahaya ilmu. Kebangkitan Islam pun salah satunya
ditopang dengan ilmu yang terjaga dan didakwahkan tiada henti. Sayangnya
semakin hari semakin jauh generasi ini dari ilmu Islam. Musuh-musuh
Islam telah mengetahui bahwa Islam akan bangkit jika generasinya
berilmu.
Akhirnya, berbagai sarana dan media dibuat demi menjauhkan
generasi Islam dari majelis ilmu dan ulama. Tempat maksiat semakin
dimeriahkan agar generasi Islam terlena dengan kenikmatan dunia. Di
samping itu, tempat-tempat menuntut ilmu agama justru dilebeli sebagai
tempat ekstrimis dan fundamentalis. Pembaca yang budiman…Jika umat ini
ingin bangkit meraih kejayaan di berbagai bidang. Maka salah satu
caranya adalah memberantas kebodohan dengan membangunl generasi yang
mencintai ilmu dan mendakwahkannya.
Menyigi Belantara Kebodohan
Tidak ada satu bangsa manapun yang eksis bangkit dari
keterpurukan kecuali denga pilar keilmuan. Bukan hanya Islam, dulu Eropa
bangkit karena meniti keilmuan yang sekian lama dikebiri oleh para
pendeta. Pintu gerbang kebangkitan Eropa karena membuka ilmu dan
meninggalkan agama yang palsu. Namun, sayangnya banyak orang Islam yang
salah mengadopsi pemikiran mereka. Akhirnya, agamalah yang dituding
sebagai penghalang kemajuan bangsa sebagaimana dulu Eropa ketika di abad
gelap. Dampaknya, banyak kalangan yang menyerukan bahwa kebangkitan
islam diraih dengan meninggalkan pilar agama sebagaimana dulu Eropa.
Tentu ini pemikiran yang salah kaprah dan buta dengan sejarah. Agama
yang ditinggalkan bangsa eropa adalah agama pendeta yang mengebiri
tradisi keilmuan. Berbeda dengan Islam, ia agama yang mengajarkan ilmu.
Oleh karena itu, mengambil ilmu dunia dan membuang Islam adalah sebuah
keterpurukan. Jadi, mari kita berantas kebodohan dengan menyemarakkan
dakwah di tengah masyarakat kita. Semoga ilmu yang disebarkan tiada
henti mampu menyigi gelapnya belantara kebodohan di masyarakat kita.
Wallahu A’lam bishawab
|
0 komentar:
Posting Komentar