1) Berniat dalam hati untuk sholat gerhana karena Allah ta’ala, melafazkannya termasuk bid’ah (mengada-ada dalam agama)
2) Takbiratul ihram.
3) Membaca istiftah, ta’awwudz, dan basmalah secara pelan.
4) Membaca Al-Fatihah dan surat lain secara keras, dan hendaklah memanjangkan bacaan, yaitu memlih surat yang panjang.
5) Bertakbir lalu ruku’ dan memanjangkan ruku’, yaitu membaca bacaan ruku’ dengan mengulang-ngulangnya.
6) Kemudian bangkit dari ruku’ seraya mengucapkan,
”Sami’allahu liman hamidah,” jika badan sudah berdiri tegak membaca,
”Rabbana walakal hamdu.”
7) Setelah itu tidak turun sujud, namun kembali membaca
Al-Fatihah dan surat panjang, akan tetapi lebih pendek dari yang
pertama.
8) Bertakbir lalu ruku’ dengan ruku’ yang panjang, namun lebih pendek dari ruku’ yang pertama.
9) Kemudian bangkit dari ruku’ seraya mengucapkan,
”Sami’allahu liman hamidah,” jika badan sudah berdiri tegak membaca,
”Rabbana walakal hamdu.” Dan hendaklah memanjangkan berdiri I’tidal ini
10) Bertakbir lalu sujud dengan sujud yang panjang, yaitu dengan mengulang-ngulang bacaan sujud.
11) Kemudian bangkit untuk duduk di antara dua sujud seraya bertakbir, lalu duduk iftirasy dan hendaklah memanjangkan duduknya.
12) Kemudian sujud kembali seraya bertakbir dan hendaklah memanjangkan sujud, namun lebih pendek dari sujud sebelumnya.
13) Bangkit ke raka’at kedua seraya bertakbir, setelah
berdiri untuk rakaat kedua maka lakukanlah seperti pada raka’at yang
pertama, namun lebih pendek dari raka’at yang pertama
14) Kemudian duduk tasyahhud, membaca shalawat, dan salam ke kanan dan ke kiri.
15) Setelah itu disunnahkan bagi imam berkhutbah kepada
manusia untuk mengingatkan mereka bahwa gerhana matahari dan bulan
adalah tanda-tanda kebesaran dan keagungan Allah untuk mempertakuti
hamba-hamba-Nya dan agar mereka memperbanyak dzikir dan sedekah.
16) Waktu melakukan sholat gerhana adalah selama terjadinya
gerhana, apabila gerhana telah selesai sedang sholatnya belum selesai
maka hendaklah sholatnya dipendekkan dan tetap disempurnakan, namun
tidak lagi dipanjangkan (Lihat Majmu’ Fatawa wa Rosaail Asy-Syaikh Ibnil
‘Utsaimin rahimahullah: 8241).
17) Apabila sholat selesai namun gerhana belum selesai maka
tidak disyari’atkan untuk mengulang sholatnya, tapi hendaklah melakukan
sholat sunnah yang biasa dikerjakan, atau memperbanyak dzikir dan do’a
sampai gerhana selesai (Lihat Majmu’ Fatawa wa Rosaail Asy-Syaikh Ibnil
‘Utsaimin rahimahullah: 9241).
18) Disyari’atkan untuk melakukannya secara berjama’ah di
masjid. Dan dibolehkan untuk melakukannya di rumah, namun lebih baik di
masjid (Lihat Majmu’ Fatawa wa Rosaail Asy-Syaikh Ibnil ‘Utsaimin
rahimahullah: 4041, 5041).
19) Disunnahkan menyeru manusia untuk sholat dengan ucapan,
“Ash-Sholaatu Jaami’ah.” Tidak ada adzan dan iqomah untuk sholat
gerhana selain seruan tersebut, dan boleh diserukan berulang-ulang
(Lihat Majmu’ Fatawa wa Rosaail Asy-Syaikh Ibnil ‘Utsaimin rahimahullah:
2241).
20) Apabila bertemu waktu sholat wajib dan sholat gerhana
maka didahulukan sholat wajib (Lihat Majmu’ Fatawa wa Rosaail Asy-Syaikh
Ibnil ‘Utsaimin rahimahullah: 9931).
21) Boleh mengerjakan sholat gerhana meski di waktu-waktu
terlarang, karena pendapat yang kuat insya Allah, yang terlarang
hanyalah sholat-sholat sunnah mutlak, yang tidak memiliki sebab (Lihat
Majmu’ Fatawa wa Rosaail Asy-Syaikh Ibnil ‘Utsaimin rahimahullah: 0341,
1341).
22) Apabila makmum tidak mendapatkan ruku’ yang pertama
maka ia tidak mendapatkan raka’at tersebut, hendaklah ia
menyempurnakannya setelah imam salam dengan raka’at yang sempurna, yaitu
tiap raka’at terdiri dari dua ruku’ (Lihat Majmu’ Fatawa wa Rosaail
Asy-Syaikh Ibnil ‘Utsaimin rahimahullah: 9141).
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
[Sumber: http://sofyanruray.info/
0 komentar:
Posting Komentar