Kegandrungan generasi zaman ini dengan idola-idola kafir,
fasik, dan munafik semakin menggila. Ada yang nge-fans berat dengan
artis dan penyanyi hingga baju, celana, gaya rambut bahkan sampai gaya
hidup meniru-niru artis idolanya. Ada juga yang gandrung dengan atlet
bola sehingga kamar tidur, buku, kaos, dan motor mereka penuh dengan
gambar dan stiker club idola. Bukan sekedar itu, obrolan, bacaan, dan
tontonan mereka berkisar tentang idola mereka. Tidak segan-segan pula
begadang dan merogoh kocek untuk menyaksikan idola mereka tampil di TV
atau di stadion.
Bukan hanya dalam dunia olahraga dan entartaiment. Dalam
dunia akademik pun kegandrungan para akedemisi terhadap tokoh kafir juga
terlihat parah. Ada yang gandrung dengan Aristoteles, Plato, Socrates,
Einstein atau tokoh kafir lainnya. Mereka membanggakan dan tidak
henti-hentinya menukil perkataan mereka dalam berbagai karya ilmiah.
Fakta lain yang aneh dalam masalah ini yaitu banyak orang
yang mengidolakan tokoh-tokoh fiktif. Sebutlah saja Superman, Super Boy,
Batman atau tokoh-tokoh pewayangan seperti Pandawa Lima dan sebagainya.
Persoalannya, bagaimana seseorang bisa mencontoh mereka sementara tokoh
tersebut hanyalah fiktif belaka? Tentu idola-idola fiktif tersebut
muncul karena mereka kehilangan tokoh idola. Saking bingungnya mencari
idola, akhirnya mereka berhayal dengan hadirnya tokoh-tokoh fiktif yang
tak pernah ada dalam kehidupan ini. Miskin sekali mereka.
Krisis Idola dan Penyebabnya.
Ada banyak sekali faktor penyebab krisis idola dalam umat Islam. Di antaranya adalah sebagai berikut:
Tasyabbuh bil kuffar (meniru-niru orang kafir).
Meniru- orang-orang kafir merupakan sebab utama krisis
idola pada umat Islam. Tasyabbuh terhadap orang kafir juga termasuk
perkara yang diharamkan di dalam Islam. Nabi bersabda:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang meniru-niru suatu kaum maka ia termasuk bagian dari mereka” (HR.Abu Dawud dan Ahmad)
Berkaitan dengan hadits yang mulia tersebut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata dalam kitab Iqtidho’ Shirothol Mustaqim:
التَّشَبُّهُ فِيْ الظَّاهِرِ يُوْجِبُ الَمحَبَّةَ فِيْ البَاطِنِ
“Penyerupaan dalam hal/sikap lahiriah mewajibkan kecintaan di dalam batin”
Jadi jika yang diidolai adalah orang-orang kafir atau
pendosa, maka iapun akan meniru tingkah polah mereka yang menyeret
kepada neraka.
2. aI-I’jab bil kuffar (kagum terhadap orang kafir).
aI’jab atau kagum dengan orang kafir merupakan sebab
seseorang mengidolai tokoh kafir. Kekaguman ini bisa muncul karena silap
dengan kecerdasan, kekuatan, kekayaan, kecantikan bahkan suaranya.
Ketakjuban seperti ini juga menuntun seseorang untuk meniru perilaku
sang idola. Bahkan, ia rela menyebarkan apa saja yang datang dari tokoh
tersebut.
Rasa kagum kepada orang kafir ini tidak muncul kecuali dari
orang yang lemah imannya. Begitu juga lahir dari orang yang tidak faham
tabiat permusuhan mereka terhadap Islam. Alloh menjelaskan bahwa
penampilan lahiriah orang munafik atau orang kafir seringkali
menyilaukan orang beriman. Alloh berfirman,“Apabila kalian melihat
mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. jika mereka berkata
kalian mendengarkan perkataan mereka. Mereka aseakan-akan kayu yang
tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan
kepada mereka. Mereka Itulah musuh (yang sebenarnya) Maka waspadalah
terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka
sampai dipalingkan (dari kebenaran)? (QS. Al Munafiqun[63]:4)
Ibnu Katsir berkata dalam tafsirnya:
كَانُوْا أَشْكَالًا حَسَنَةً وَ ذَوِيْ فَصَاحَةٍ
وَأَلْسِنَةٍ، إِذَا سَمِعَهُمْ السَّامِعُ يُصْغِيْ إِلَى قَوْلِهِمْ
لِبَلَاغَتِهِمْ، وَهُمْ مَعَ ذَلِكَ فِيْ غَايَةِ الضَّعْفِ وَالخُوْرِ
وَالْهَلَعِ وَالْجَزَعِ وَالْجُبْنِ.
“Mereka memiliki postur tubuh yang baik sekaligus mempunyai
kemampuan berbicara yang fasih dan bagus. Ketika mereka berbicara, maka
perkataan mereka menarik perhatian karena kefasihan lisan mereka. Namun
demikian, di balik kelebihan itu mereka berada di puncak kelemahan,
kerendahan, kegelisahan, kerisauan, dan kepenakutan ”
Alloh mengumpamakan orang munafik seperti kayu yang
tersandar, maksudnya untuk menyatakan sifat mereka yang buruk meskipun
tubuh mereka bagus dan mereka pandai berbicara, akan tetapi Sebenarnya
otak mereka adalah kosong tak dapat memahami kebenaran. Jadi, jangan
takjub apalagi sampai mengidolakan mereka.
3. Al jahlu bid din (bodoh dalam perkara agama).
Pangkal dari perbuatan dosa adalah kejahilan terhadap
agama. Banyaknya umat Islam yang mengidolakan orang-orang kafir,
munafik, dan fasik tidak lain karena menyebarnya kebodohan masalah
agama.
Oleh karena itu, Islam mewajibkan kepada seluruh umatnya
menuntut ilmu dan menyebarkannya (berdakwah). Hal tersebut dalam rangka
mengentaskan umat Islam dari kejahilan. Kejahilan yang dibiarkan akan
merusak sendi-sendi kehidupan masyarakat. Bahkan, jika kejahilan
merajalela maka hal ini merupakan awal kehancuran umat Islam.
4. Buta dengan keagungan para tokoh Islam.
Banyak kaum muslimin sendiri yang buta terhadap tokoh-tokoh
besar Islam. Padahal, jika umat Islam mengenal para tokoh Islam, tentu
mereka akan terhindar dari mengidolakan tokoh-tokoh kafir. Karena
lemahnya minat membaca dan menelaah serta santernya hegemoni media kafir
yang meng-ekspose tokoh kafir, akhirnya banyak kaum muslimin buta
terhadap tokoh Islam yang jauh lebih hebat dari mereka.
Coba renungkanlah sejenak, jika tokoh Islam sekelas sahabat
nabi yang merupakan generasi terbaik saja masih sangat banyak kaum
muslimin yang tidak mengenalnya, lantas bagaimana dengan tokoh setelah
mereka? Jujur saja, berapa jumlah sahabat yang kita kenal? Berapa yang
kita jadikan teladan dan idola dalam hidup kita? Mohon maaf, jika kenal
saja tidak, lalu bagaimana kita bisa sayang bahkan mengidolakan mereka?
5. Lemah iman.
Mengidolakan orang kafir, fasik, fajir, dan munafik
merupakan tanda lemahnya iman. Tidak mungkin orang yang imannya kuat
cenderung atau bahkan mengidolakan orang-orang yang menentang Alloh dan
rosul-Nya. Alloh berfirman, “Kamu tidak akan mendapati kaum yang beriman
pada Alloh dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang
yang menentang Alloh dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu
bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga
mereka. Meraka Itulah orang-orang yang telah tertanamkeimanan dalam hati
mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang
dari-Nya.Mereka dimasukan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya. Alloh ridha terhadap mereka,
dan merekapun ridha terhadap limpahan rahmat-Nya. Mereka itulah golongan
Alloh. Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya hizbulloh itu adalah golongan
yang beruntung. (QS. Al-Mujadilah [58]:22).
6. Hegemoni media
Peran media dalam mencitrakan idola sangatlah besar. Mereka
sengaja memunculkan tokoh-tokoh yang controversial agar dijadikan
idola. Seperti tokoh liberal, sekuler, Syiah atau bahkan artis
pornografi. Tujuannya untuk mengalihkan figur umat Islam sekaligus
melenakan kaum muslimin dari tokoh besar mereka. Tidak dipungkiri bahwa
media merupakan senjata perang modern yang sangat ampuh. Oleh karena itu
berhati-hatilah dengan media orang-orang kafir dan munafik.
IDOLA ISTIMEWA YANG TERLUPA
Banyak orang muslim yang lupa bahwa Islam memiliki idola
yang istimewa. Dialah Nabi Muhammad yang sosoknya dipuji di dalam kitab
mulia. Dia bukan sosok yang fiktif, namun idola yang realistis, teladan,
visioner, dan istiqomah. Beliau juga bukan hanya seorang nabi, namun
juga pemimpin negara yang adil, politikus hebat, ekonom handal, dai
tangguh, mujahid militan, guru teladan, suami idaman, sahabat sejati,
orang tua super, hakim yang adil, tetangga yang bijak, dan segudang
prestasi lainnya. Jadi, sangat relevan mengidolai nabi dalam kehidupan
ini.
Pertanyaannya, kurang apalagi dari sosok beliau sehingga
kita memilih tokoh lain? Pembaca yang budiman, Alloh melarang kita
cenderung bahkan mengidolakan orang-orang kafir atau fajir. Alloh
berfirman:
وَلَا تَرْكَنُوا إِلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا فَتَمَسَّكُمُ
النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ أَوْلِيَاءَ ثُمَّ لَا
تُنْصَرُونَ
Dan janganlah kalian cenderungkepada orang-orang yang
zholim yang menyebabkan kalian disentuh api neraka, dan sekali-kali
kalian tiada mempunyai seorang penolongpun selain daripada Allah,
Kemudian kalian tidak akan diberi pertolongan.” (QS. Hud [113])
Jika sekedar ridho dan cenderung dengan mereka saja kita
dilarang, bahkan diancam dengan sentuhan api neraka. Lantas bagaimana
dengan menjadikan mereka sebagai idola yang dipuja-puja dan
dibangggakan? Tentu hal ini akan menyeret kita kepada api neraka. Wa
‘iyadzubillah
0 komentar:
Posting Komentar